Powered By Blogger

Jumat, 11 Februari 2011

Pemandian Bektiharjo Layak Dijadikan Primadona Wisata

Obyek wisata Pemandian Bektiharjo layak dijadikan primadona wisata Tuban. Demikian menurut Kepala Unit Pelaksana Tehnis Daerah (UPTD) obyek wisata, Dinas Pariwisata dan Perekonomian Kabupaten Tuban, Sumanto.
Alasannya, obyek wisata yang berada di Dusun Krajan, Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding tersebut masih tetap menjadi tujuan wisata utama bagi wisatawan yang berkunjung ke Tuban. “Pemandian Bektiharjo hampir tidak pernah sepi, terutama pada hari libur,” kata Sumanto, saat dikunjungi kotatuban.com di kompleks pemandian Bektiharjo, Selasa (21/12).
Sumanto mencatat, rata-rata pengunjung berkisar 400-500 orang per hari pada hari-hari biasa. Hari Minggu dan hari-hari libur lainnya, pengunjung tempat wisata yang terkenal dengan kera-nya tersebut bisa mencapai 3000-3500 orang.
Jumlah yang cukup besar bagi sebuah tempat wisata yang hanya seluas 1,5 hektar. Jarak yang tidak terlalu jauh dari pusat kota Tuban, ditambah akses jalan yang baik menjadi factor masih banyaknya pengunjung di tempat wisata tertua di Tuban ini.
Jarak dengan pusat kota hanya 5,6 KM, dan bisa ditempuh dari berbagai
jurusan. Bahkan pengunjung dari wilayah selatan seperti Grabagan, Rengel, Soko, Bojonegoro, Ngawi hingga Mediun, tidak perlu lagi berputar ke kota Tuban dahulu karena akses jalan Tuban-Bojonegoro melalui Bektiharjo sudah sangat layak.  Hanya saja, belum ada transportasi umum yang melewati jalur tersebut sehingga para pengunjung harus menggunakan kendaraan pribadi atau carteran bila hendak ke Bektiharjo.
Sumanto berharap, ke depan Pemerintah segera membuka jalur angkutan umum Tuban-Bojonegoro melalui Bektiharjo. Sumanto yakin, jika jalur transportasi umum tersebut telah dibuka, pengunjung Bektiharjo akan meningkat pesat.
“Angkutan umum yang ada baru dokar dan colt Pick-up. Itupun tidak bisa dipastikan, karena di sini tidak ada terminalnya. Kadang kasihan ada pengunjung yang menunggu berjam-jam baru dapat tumpangan ke kota,” tuturnya.
Selain sarana transportasi umum yang belum maksimal, lanjut Sumanto, beberapa fasilitas dalam lokasi wisata pun perlu dibenahi, terutama kolam renangnya. Selama ini yang menjadi daya tarik tempat wisata tersebut tinggal kolam renang. Ada tiga kolam renang di tempat wisata Bektiharjo. Satu kolam renang utama, kemudian kolam pemandian umum yang sering disebut Sendang Widodaren, dan dua kolam renang untuk anak-anak.
Sebetulnya mascot tempat wisata Bektiharjo bukan kolam-kolam itu, tetapi kera. Di tempat wisata tersebut dahulu terdapat banyak kera jinak. Kera-kera itulah yang mampu menimbulkan daya tarik sehingga Pemandian Bektiharjo tetap ramai dikunjungi pelancong, kendati nyaris tidak ada hal yang menarik di tempat itu.
Namun dua tahun terakhir, kera-kera tersebut sudah jarang terlihat. Sumanto
mengatakan, jumlahnya kini tinggal 9 ekor. Padahal dulu hingga mencapai 60-an ekor. “ Beberapa ekor mati karena tua, selebihnya bermigrasi ke tempat lain karena diusir warga sekitar. Kera-kera itu sering membuat resah warga karena jumlahnya yang terlalu besar sedang tempat penampungannya hanya segini,” dalih Sumanto.
Untuk menjaga kelestarian kera-kera tersebut, saat ini ditetapkan aturan
dilarang mengganggu apalagi menyakiti atau membunuh kera yang ada di lokasi wisata itu. Apabila kedapatan melanggar, Sumanto mengatakan, pihaknya tidak segan member sangsi. Namun ia tidak menyebut, sangsi apa yang akan diberikan pada pengunjung atau warga yang mengganggu  komunitas kera di tempat itu.
Sumanto mengakui, berkurangnya populasi kera memang sempat menurunkan angka pengunjung. Namun kendati tidak drastic, ia tetap berupaya mengembalikan populasi kera di lokasi wisata Bektiharjo, karena selain menjadi mascot tempat wisata itu, kera-kera tersebut diyakini telah ada sejak tempat itu dijadikan obyek wisata, tahun 1960-an lalu.
Menjadi Pelindung Sumber Air Bawah Tanah  Air Pemandian Bektiharjo yang jernih segar dan tidak pernah kering sepanjang musim tentu tidak hanya menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Direktur Manggala Reksa Bhumi, sebuah LSM Lingkungan di Tuban, Munahar, menyebutkan Bektiharjo adalah salah satu dari ratusan sumber air bawah tanah yang ada di Tuban yang menjadi penopang kehidupan masyarakat. Tidak sebatas masyarakat di sekitar lokasi Bektiharjo, bahkan warga kota Tuban pun sangat bergantung pada air Bektiharjo.
“Warga Kecamatan Semanding dan Kecamatan Tuban sepenuhnya bergantung pada air Bektiharjo. Air dari sinilah yang mengaliri rumah-rumah warga di dua kecamatan itu, mengaliri ratusan hektar sawah di Desa Bektiharjo, Prunggahan, Tegalagung, Kelurahan Karang dan Desa Penambangan Kecamatan Semanding. Jadi perlu dijaga kelestariannya,” komentar Munahar.
Adanya obyek wisata di lokasi sumber air seperti Bektiharjo itu, sambung
Munahar, bias menjadi pelindung keberadaan sumber air tersebut. Namun bila tidak dikelola dan ditata dengan baik, yang terjadi justru sebaliknya.
Sejumlah pengunjung yang ditemui kotatuban.com sependapat. Zaki Tamani (24), warga Kecamatan Bancar, misalnya. Lelaki yang mengaku masih lajang ini berharap Pemkab lebih memperhatikan kondisi air Bektiharjo, bukan semata-mata mendulang pendapatan untuk mengisi kas Daerah. Zaki menengarai, debet air Bektiharjo menyusut beberapa tahun terakhir, kendati hujan terus mengguyur.

Tidak ada komentar: