Powered By Blogger

Jumat, 11 Februari 2011

Menikmati Keindahan Panorama Pantai Panyuran

Hujan rintik-rintik menyambut saat kotatuban.com tiba di Tempat Wisata Pantai Panyuran, Kelurahan Panyuran, Kecamatan Palang, Kamis (13/1). Sebenarnya ini bukan tempat wisata. Pemerintah Kabupaten Tuban belum pernah menetapkan pantai panyuran sebagai salah satu obyek wisata.
Bagian Humas Pemkab Tuban yang memberi informasi hal itu. Lokasi yang saat ini dijadikan tujuan wisata tersebut masih tercatat menjadi hak milik lima warga setempat.  Namun lewat Pemerintah Kelurahan, lima warga pemilik hak atas lokasi tersebut telah mengijinkan tanah seluas 9,3 hektar itu dijadikan tempat wisata.
Lokasi Pantai Panyuran tidak jauh dari pusat kota Tuban, hanya sekitar 4,5 Km arah Gresik. Anda bisa menggunakan kendaraan apa saja untuk menuju ke tempat ini. Jika Anda menggunakan Mobil Angkutan Umum (MPU) jurusan Tuban-Paciran, tidak perlu khawatir kelewatan karena semua sopir MPU di jurusan itu sudah tahu lokasi Pantai panyuran. Bahkan menggunakan becak pun tidak masalah. Agar lebih murah, naik mikrolet Lyn A atau B, turun di pertigaan manunggal, lalu oper becak yang banyak mangkal di tempat itu. Tapi tentu biayanya agak sedikit mahal, sekitar Rp 5 ribu-an.
Masuk ke lokasi Pantai Panyuran tidak dipungut tiket. Yang perlu Anda bayar
hanya parkir motor dan ponten (toilet), jika kebetulan Anda buang hajat. Namun karena tidak dipungut tiket, tak perlu kecewa jika di situ Anda tidak menemukan fasilitas yang memadai.

Tidak ada bangku-bangku untuk bersantai seperti layaknya di tempat-tempat wisata. Tidak ada gazebo atau payung. Yang ada hanya sebuah gubuk bambu tempat istirahat para nelayan. Selain itu, hamparan pasir dan perdu. Jadi Anda harus mempersiapkan alas duduk jika ingin bersantai di Pantai Panyuran tanpa harus khawatir kotor terkena pasir dan tanah.
Menurut Syafi’i, warga setempat yang mengaku sebagai salah satu ahli waris tanah di pantai itu, hampir tiap hari Pantai Panyuran dipadati pengunjung. Terlebih pada hari libur dan puasa. Ratusan pohon kelapa yang berjejer memenuhi pantai memang memberi nuansa teduh sehingga banyak yang membawa keluarganya berlibur ke tempat itu. Keteduhan itu pula yang menarik para remaja untuk bercengkrama di situ.
Saat kotatuban.com, berkunjung, setiap sudut terdapat pasangan muda-mudi yang sedang asyik menikmati suasana pantai. “ Tiap hari pemandangannya ya seperti itu. Kalau dihitung, 50 pasangan lebih setiap hari akan sampeyan temukan di tempat ini,” tutur Syafi’i.
Banyaknya pasangan muda-mudi yang berkunjung tersebut tentu menjadi perhatian tersendiri. Syafi’i mengatakan, dia dan para pemuda kelurahan setempat setiap waktu berkeliling mengontrol lokasi untuk mencegah terjadinya hal-hal yang melanggar susila. “ Alhamdulillah sampai saat ini belum pernah terjadi kasus pelanggaran susila di tempat ini,” tambahnya.
Satu jam lebih Syafi’i menemani kotatuban.com berkeliling ke seluruh lokasi. Lelah berkeliling, kami istirahat di sebuah warung minuman yang tersebar di seluruh sudut pantai. Ada sekitar 20-an warung kaki lima di tempat itu.
Menu andalannya tentu es kelapa muda, karena di pantai itu pohon kelapa menjadi tumbuhan dominan selain waru dan lainnya. Bagi yang tidak terlalu suka air kelapa muda, minuman lain juga tersedia, baik yang tradisional maupun yang sudah dikemas pabrik.
Tapi jangan mencari sea food. Di tempat itu belum ada penjual sea food kendati berada di tepi laut. Sebagai pengganti, Anda bisa menikmati rujak khas Tuban yang pedasnya minta ampun. Ada juga penjual nasi jagung khas Tuban plus minuman legen, es siwalan atau dawet siwalan. Harga tak perlu dikhawatirkan. Anda cukup merogoh Rp 4500 untuk es kelapa muda, Rp 3000 untuk rujak dan Rp 1000 untuk sebungkus nasi jagung.
Rohmah (28), pemilik warung tempat saya beristirahat bersama Syafi’I, mengaku sehari bisa memperoleh hasil Rp 30-45 ribu. Hari minggu dan hari libur pendapatannya malah bisa mencapai Rp 150-200 ribu sehari. “ Yang paling senang kalau ada yang kemah di sini, Mas. Saya pernah sampai dapat uang Rp 500 ribu sehari saja,” kata Rohmah.
Pantai Panyuran memang diplot sebagai bumi perkemahan oleh Pemkab Tuban. Saat liburan semester, ada saja sekolah yang mengadakan acara kemah di tempat itu. Bukan hanya sekolah-sekolah yang ada di Tuban, bahkan sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, Blora dan Jombang sering pula berkemah di pantai ini.
Untuk bisa mengadakan acara kemah, sekolah cukup mengajukan surat ijin ke Kelurahan setempat. Oleh pihak kelurahan, pihak panitia dibebani biaya kebersihan dan keamanan. Jumlahnya tidak tentu, tergantung banyaknya peserta yang mengikuti acara kemah tersebut.
Diproyeksikan Menjadi Pusat Olah Raga Layar
Permukaan laut yang tenang bukan saja menarik dinikmati sebagai panorama alam yang menyuguhkan nuansa romantis, tapi juga menarik minat para atlet olah raga layar.
Dimjadi Haumeny, Ketua Persatuan Olah Raga Layar Seluruh Indonesia
(Porlasi) Pengcab Tuban mengatakan, pantai panyuran sangat cocok untuk olah raga layar. Selain arinya cenderung tenang, angin yang berhembus sangat baik, tidak terlalu kencang, juga tidak terlalu lembek. “ Kalau anginnya terlalu kencang perahu sulit dikendalikan, demikian juga kalau arinya lembek, “ jelas Dimjadi.

Usaha untuk menjadikan tempat itu sebagai pusat olah raga layar sudah dimulai. Secara rutin di tempat itu diselenggarakan lomba perahu layar tradisional, sejak 2007 lalu. Pesertanya pun cukup banyak dan bervariasi. Bukan hanya warga setempat yang turut serta, bahkan warga Lasem, Lamongan dan Gresik pun turut berpartisipasi.
Selain untuk kepentingan pembibitan atlet dan memasyarakatkan olah raga layar, kata Dimjadi, olah raga layar juga mampu menarik minat wisatawan. Terbukti saat diumumkan perahu layar milik Porlasi yang diparkir di situ bisa disewa, banyak pengunjung yang menyukainya.  Cukup Rp 5000 untuk bisa berlayar dengan perahu itu selama 30 menit, ditemani seorang pemandu.
Dimjadi mengatakan, rencananya, di Pantai Panyuran itu akan dibangun tempat sandar perahu layar wisata, dengan jalur Pantai Payuran-Pantai Boom. Tentang tiket, Dimjadi belum bisa menentukan.
kotatuban.com sempat mencoba perahu Porlasi bantuan Pemprov Jatim itu. Memang agak sulit mengemudikannya jika belum terbiasa. Namun beruntung, kurang dari 15 menit saya sudah agak bisa menyesuaikan diri dengan perahu berbahan fibber glass dengan layar tunggal tersebut.
Hingga menjelang sore, Dimjadi tak berhenti melayani pengunjung yang ingin
berlayar dengan perahu itu. Di ufuk barat mentari telah melorot hingga ke
pinggang pohon kelapa. Lembayung semburat di sela-sela mendung.

Sementara gerimis telah berhenti. Namun Pantai itu belum juga sepi. Anak-anak masih terlihat bermain di pasir, sedang di tepian, sekelompok remaja masih asyik bercengkrama. Syafi’i bilang pada saya sebelum berpisah, malam hari pun pantai itu tak pernah sepi. Dua buah lampu merkuri di pasang untuk penerang, ditambah belasan lampu neon. Selain untuk penerangan, juga untuk mencegah pengunjung melakukan perbuatan tidak pantas di tempat itu.

Tidak ada komentar: