Menurut salah satu versi cerita yang penulis dapatkan, penggunaan kepiting sebagai simbol diputuskan berdasarkan mimpi salah seorang pengurus klentheng waktu itu. Dalam tidurnya, pengurus tersebut bermimpi melihat seekor kepiting raksasa memasuki area klentheng. Dari mimpi itulah, akhirnya para pengurus klentheng waktu itu sepakat untuk menggunakan kepiting sebagai simbol . Justru simbol inilah yang kemudian menjadi ciri khas dan keunikan tersendi ri bagi klentheng Kwan Sing Bio bila dibandingkan dengan klentheng-klentheng lain di seluruh dunia.
Klentheng Kwan Sing Bio merupakan klentheng terbesar se Asia Tenggara. Dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 4 hektar. Dan di area ini pula sedang direncanakan untuk dibangun Pagoda yang terdiri dari beberapa tingkat. Selain sebagai tempat peribadatan, klentheng ini juga dipakai sebagai pusat kebudayaan masyarakat keturunan China. Berbagai atraksi kebudayaan kerap diselenggarakan di tempat ini. Pada perayaan hari-hari tertentu, pengunjung dari berbagai daerah maupun propinsi bahkan turis asing, tumpah ruah menyaksikan atraksi kebudayaan yang ada. Lintas daerah, lintas propinsi, lintas negara bahkan juga lintas agama, semua larut dalam kemeriahan pawai budaya yang diselenggarakan klentheng tersebut. Beberapa acara yang sering dirayakan di klentheng ini antara lain:
- HUT Kwan Ping Thay Tjoe (Imlik Go Gwee 13)
- HUT Kwan Sing Tee Koen (Imlik Lak Gwee 24
- Boo-Tho/Tjio-Ko (Imlik Jit Gwee 22)
- Sembahyang Tiong Djioe (Imlik Pak Gwee 15)
- Kwan Sing Tee Koen Sing Thian (Imlik Kau Gwee 9), dan
- HUT Tjioe Djong Tjiang Koen (Imlik Cap Gwee 29).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar